Saya pernah menulis status FB seperti ini, “ Hakim garis (bego) salah manusiawi, namun menutup mata terhadap teknologi tidaklah manusiawi!!!”. Status itu terpasang setelah kejadian menyesakkan bagi timnas inggris dan seluruh pendukungnya dimanapun berada(termasuk saya) di Piala dunia 2010. Tepatnya, ketika inggris dibantai jerman 1-4. Hal yang membuat saya marah dan saya yakin pendukung inggris lainnya setuju ialah tidak disahkannya gol Lampard yang saya yakin 99% orang yang menonton itu melihat sejelas-jelasnya dengan mata telanjangnya bahwa bola telah jauh melewati garis gawang.
Setelah kejadian itu, saya terus berpikir mengapa FIFA yang dipenuhi orang-orang cerdas masih tidak mau menggunakan teknologi untuk membantu wasit, seperti layaknya tenis,basket maupun F1?? Saya tak habis pikir memikirkan kengototan FIFA tersebut.
Jika kesalahan wasit manusiawi, bukankah tidak menggunakan teknologi untuk membantu wasit lebih tidak manusiawi? Jika kita berpikir panjang dan agak berimajinasi untuk hal yang terburuk, wasit-wasit yang melakukan kesalahan demikian justru akan semakin terpojok. Kemapuannya akan dipertanyakan, daya saingnya di mata dunia pun turun. Bukan tak mungkin wasit sia itu akan dikutuk dan dikecam seluruh dunia, dan sangatlah mungkin dalam dunia saat ini wasit tersebut, atau keluarganya akan diteror dan diancam mati??
Jika alasan FIFA bahwa itu adalah bagian drama sepakbola, dimana drama tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun dan tak adil bila tidak dilestarikan hingga saat ini menurut saya juga sangatlah tidak bisa diterima. Ya, meskipun piala dunia sebelumnya juga memunculkan banyak kontroversi yang menarik, apakah tetap salah bila kita menggunakan teknologi?? Bukankah dengan bantuan teknologi kita dapat meminimalkan kesalahan sehingga tercipta integritas dalam sepak bola. Tentu saja hal itu demi terwujudnya slogan FIFA “ My game is fair play”. Alhasil akan muncul juara yang “benar-benar” sejati.
Bila ada argumen bahwa justru kontroversi itulah letak fair play-nya, karena tidak adil bila kita menggunakan teknologi dimana sebelumnya juga telah muncul juara yang “tidak sejati” tanpa campur tangan teknologi, maka itu juga tetap tidak dapat saya terima. Mengapa? Kita sebagai manusia, harus melihat dan mengakui perbedaan jaman. Kita diharuskan beradaptasi di setiap jaman. Bila kita ingin tetap mempertahankan keadilan seperti piala dunia sebelumnya, bukankah seharusnya jumklah tim peserta juga tetap sama dengan jumlah oeserta piala dunia pertama yang hanya diikuti 4 negara(kl g salah)..?? Waktu terus berjalan, zaman pun berubah, semuanya untuk hasil yang lebih baik.
Alasan utama FIFA sebenarnya adalah bila digunakan teknologi dalam menbantu keputusan wasit permainan akan terhenti sejenak dan berjalan lebih lambat. Saya akui, memang di sini merupakan salah satu kelemahannya. Namun, perkiraan saya penundaan pertandingan tak akan lebih dari satu menit. Sebenarnya, selama ini sepakbola juga sering tertunda,bahkan oleh kejadian-kejadian tidak fair seperti akting kelas hollywood yang dilakukan sejumlah pemain dengan pura-pura cedera( sebut saja sergio biskuit). Menurut saya, lebih baik kita melihat tayangan ulang demi terjaganaya integritas pertandingan daripada melihat akting demikian
Memang tak ada yang bisa membantah bahwa kontroversi tersebut justru salah satu daya tarik sepakbola. Namun, saya percaya bahwasepakbola masih banyak daya tarik meskipun menggunakan teknologi untuk membantu wasit. Bahkan bisa lebih menarik dan lebih murni, contohnya kejadian dimana arsenal membalikkan kedudukan di menit-menit akhir ketika melawan MU di liga inggris, ketika itu arsenal menang 2-1 meskipun tertinnggal 0-1 terlebih dahulu. Semoga saja FIFA mau membuka matanya untuk menggunakan teknologi, sehingga tidak akan ada lagi pihak yang tersakiti. Semoga.
catatan : sepanjang apapun gw nulis tetap sja kenangan menyakitkan inggris vs jerman ini kan terus teringa selama 4 tahun ke depan..hiks..BRAVO ENGLAND, C’MON GUNNERS,,viva prancis(klo pelatihnya wenger)
bandung, 19 juli 2010-07-19
BBC
Selasa, 08 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar