Jika saya ditanya, “ mana yang akan kau pilih antara bakat luar biasa atau kemauan untuk bekerja keras?” Saya tak ragu untuk memilih yang kedua. Pemilihan tersebut bukanlah didasarkan atas prinsip hidup saya dan banyak orang lainnya yang sangat mencintai prinsip kerja kersa dalam menggapai tujuna, namun lebih dikarenakan lerja keras sudah menolong saya sebagai manusia biasa-biasa saja.
Bahkan saya tak akan minder bila disebut seorang pekerja nguli sekalipun.
Abraham lincoln, mantan presiden AS, berkata “ jika saya diberi waktu 8 jam untuk menebang pohon, maka saya akan gunakan 6 jam untuk mengasah kapak saya”. Sebuah pesan berharga dapat kita petik dari kata-kata seseorang yang telah mengalami banyak kegagalan tersbut. Lebih baki kita berlatih, bekerja keras untuk mengasah kemnampuan kita daripada hanya sekedar bergantung kepada bakat berupa kekuatan otot saja.
Pernyataan serupa diungkapkan T.A Edison, yang mendefinisikan jenius sebagai paduan dari 1%bakat dan 99% kerja keras. Pernyataan pemnemu tersohor yang telah menemukan lebih dari 1000 penemuan selama hidupnya inimenguatkan fakta bahwa kerja keraslah yang menumbuhkan bakat. Bakat hanya kan tertidur lelap tanpa diasah. Ujung-ujungnya, kesuksesan hanyalah bisa diraih dengan kerja keras, tidak ada jalan pintas untuk menggapainya Jika ada seseorang yang selama ini sulses hanya dengan bersantai-santai saja mengaqndalakan anugerah bakatnya yang luar biasa saja, tunggulah saat kekalahannya oleh orang yang dianugerahi kemauan untuk bekerja semaksimal mungkin yang dapat mengeser kedudukan orang jenius tersebut. Mau bukti? Lihatlah bagaimana Edison mengasah bakatnya sejak kecil. Setiap harinya ia terus berusaha memenuhi rasa keingintyahuannay yang besar. Tanpa kerja keras yang teratur, apakah ia akan mampu menciptakan bola lampu? Tidak. Mungkin ia hanya akan menjadi pengutuk kegelapan sejati.
Ada dua hal yang harus dimiliki seseorang yang ingin merasakan indahnya hasil kerja keras, yakni keyakinan dan kejujuran. Ia harus yakin bahwa ia bisa dan yakin bahwa dengan kerja kerasnya tidak ada hal yang mustahil dicapai di dunia ini. Tanpa keyakinan, kerja kerasnya akan sia-sia, peluhnya yang tercecer tak akan terbayar keculai oleh kekecewaan semata. Peluhnya hanya kan menjadi peluh keluh. Selain itu, ia haruslah jujur dalam bekerja, karena apapun hasilnya asalajkan kita bekerja maksimal dan jujmur, manisnya hasil yang pahit akan kita rasaakan.
Mengapa harus yakin? Karena keyakinanlah yanag akan menumnbuihkan motivasi. Motivasi akan mengobarkan semangat untuk bekerja maksimal. Yakinlah bahwa tidak ada hal yang mustahil dilakukan dan patrikanlah bahwa kemampuan kita akan terangkat dengan kerja keras, sepeerti dijelaskan dalam teori mestakung(semesta mendukung). Bukankah seseorang yang dikejar anjing dapat mengeluarkan kemampuan lari tercepatnya. Permasalahannya hanyalah tinggal kepandaian kita dalam menempatkan diri dlam kondisi terjepit dan menjaga motivasi kita.
Namun, seseorang yang sudah merasa bekerja keras harus tetap bersiap mengalami kegagalan. Meski awalnya pahit, namun rasakanlah betapa nikmatnya kegagalan itu karena kitqa telah berusaha keras. Janganlah tertunduk lesu terlalu lama, mungkin kegagalan itu menyuruh kita untuk pantang menyerah dan berusaha lebih keras lagi.
Akan tetapi, ada hal yang lebih menyakitkan lagi, yaitu saat anda berhadapan dengan dinding yang tak tersentuh. Terdapat sebuah dinding yang tak akan terlampaui oleh kerja keras semata. Untuk melompati dinding itu dibutuhkan juga bakat atau kepandaian yang luar biasa, karena kita berhadapan dengan jenius yang mendapatkan kemampuannya juga melalui kerja keras yang bahkan kerja kerasnya pun melebihi kita.
Situasi tersebut sangatlah menyakitkan, kerja kerasnya sekan tak ada artinya. Adakah cara seseorang yang biasa-biasa saja untuk mengalahkan seorang jenius sejati yang juga seorang pekerja ulet? Cukup lama saya berusaha mendapat jawaban atas pertanyaan ini. Tak terduga, akhirnya saya mendapatkan jawaban pertanyaan ini dari sebuah komik. Jawabannya adalah: “ tidak ada. Tidak ada ada cara untuk mengalahkannya. Namun seorang yang biasa -biasa saja memiliki hak untuk mennatang jenius itu ataupun mengabaikannya. Terserah orang biasa itu, apakah dia akan mengambil haknya dengan melawannya atau justru mengabaikannya. “
Bandung, 14 juli 2010
BBC
Minggu, 18 Juli 2010
Langganan:
Postingan (Atom)